selamat datang di blog resmi Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, blog ini tersusun atas kerjasama BPPK Kecamatan Ngablak-peserta pelatihan e petani dan BPTP Propinsi Jawa Tengah (alamat: BPPK Ngablak, Jln. Ngablak-Grabag Km 0,5, Ngablak Magelang 56194 Telp 0298 318 212)

Sabtu, 15 Oktober 2011

Jeruk-ku sayang....Jeruk-ku malang......




Varietas Jeruk Keprok Grabag (Red.Ngablak) hampir punah


Carik Pandean dengan tanaman jeruk di samping rumah
Jeruk Keprok yang biasa dikenal dengan nama jeruk keprok grabag sebenarnya dari Ngablak, bukan dari grabag. Awalnya keprok dari Ngablak banyak dijual di Grabag pada dekade 1960-an. Buah itu kemudian dijual ke luar daerah. Karena cita rasanya spesifik, banyak orang yang suka orang. Para petani Ngablak dulu berjalan ke Pasar Grabag untuk menjual jeruk keprok. Pasar itu menjadi pusat keramaian di lereng Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo bagian barat. Para pedagang memborong jeruk keprok dari Kota Magelang, kemudian menjualnya di sekitar alun-alun dan Pasar Gede Rejowinangun.
Sebagian besar pembelinya adalah warga Tionghoa. Mereka menjadi pelanggan utama jeruk keprok yang rasanya manis segar itu. Kepada penjual, mereka selalu menanyakan, "Mana jeruk keprok dari Grabag?" "Sejak itu jeruk keprok dari wilayah Ngablak dikenal sebagai jeruk keprok grabag," Karena cita rasanya yang spesifik, setiap Agustus jeruk keprok grabag selalu disertakan dalam pameran buah tropik di Istana Negara. Keunggulan buah itu karena mudah dikupas kulitnya, rasanya manis dan segar, bijinya sedikit dan aromanya khas. Jeruk jenis ini berjaya pada 1960-1979. Populasinya lebih dari 75.000 batang tersebar di Kecamatan Ngablak, sebagian Pakis dan Sawangan. Jumlah produksi dan harganya pun baik. Bahkan petani yang memiliki pohon jeruk keprok lima batang, saat itu bisa membeli sedikitnya satu ekor sapi setiap tahun. Jeruk keprok yang dibudidayakan di Ngablak cukup unik. Karena tidak ditanam di kebun tetapi di pekarangan rumah penduduk. Hampir setiap halaman rumah penduduk di Desa Girirejo, Bandungrejo, Madyogondo, Jogoyasan, Pandean, Keditan, Pagergunung dan Seloprojo, Kecamatan Ngablak dihiasi pohon jeruk keprok. Jadi, wisata agro bisa dilakukan ke tujuh desa itu. Jeruk ini kalau ditanam di sawah/perkebunan dengan sistem tumpang sari hasilnya malah jelek.

 
Tanaman jeruk keprok tumbuh baik di lahan pekarangan

Untuk pemupukannya tidak perlu pencangkulan di bawah pohon karena bisa merusak perakaran yang akibatnya malah menurunkan produksi. Pemupukan dilakukan dengan cara pupuk kandang ditempatkan di dalam karung dan diletakkan di bawah pohon kemudian secara berkala disiram. Dengan demikian, air yang mengandung pupuk itu akan terserap ke dalam tanah. Jumlah pohon jeruk keprok sekarang tinggal 3.000-an batang yang produktif. Setiap pohon yang berumur 20-25 tahun mampu berbuah rata-rata dua kuintal. Untuk pohon yang masih umur tiga-lima tahun menghasilkan 50 kg/pohon.
Harga jeruk keprok kualitas AB pada tingkat petani Rp 10.000 - Rp 12.000/kg dengan isi rata-rata delapan butir/kilo. Sementara itu, untuk harga ijon oleh tengkulak Rp 4.000 dan yang sudah matang Rp 8.000/kg. di Desa Bandungrejo ada dua pohon jeruk keprok yang laku Rp 1,25 juta dan saat ini belum dipetik. Panen raya biasanya terjadi pada Juli-Agustus. Namun karena sampai sekarang masih sering turun hujan, panen tahun ini menurun hanya 75%. Pembeli jeruk keprok yang datang ke wilayah Ngablak pada umumnya dari Solo, Yogjakarta, Semarang, Magelang, dan para pedagang dari Pasar Grabag.
Jeruk keprok Ngablak memang salah satu varietas yang langka. Karena itu, pemerintah berusaha menyelamatkan induk jeruk keprok Ngablak yang bebas virus di Kebun Blok Pondasi Mata Tempel (BPMT) milik pemerintah di Tawangmangu dan Salaman.
Pada 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri membantu 5.000 bibit jeruk keprok Ngablak hasil okulasi. Sementara itu, petani di wilayah Ngablak, Kabupaten Magelang, masih dengan cara cangkokan untuk memperbanyaknya. Pencangkokan dianggap bisa membuat pohon lebih cepat berbuah. Keaslian jeruk keprok grabagnya juga terjamin, Tiap tahun jeruk keprok Ngablak disertakan dalam Gelar Buah Nusantara di Istana Negara Jakarta menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI. Pada tahun 2005, kontingen yang dipilih adalah jeruk keprok yang dibudidayakan Sutarji. Adapun jeruk keprok hasil cangkokan yang produktif di Kecamatan Ngablak, lebih dari 500 batang, tersebar di wilayah Bandungrejo, Girirejo, Pandean dan sekitarnya.  Sedangkan jeruk keprok yang dikembangkan dengan bibit okulasi pada tahun 2004 hingga kini masih dalam pertumbuhan.
Tampaknya harapan untuk menjadikan jeruk keprok Ngablak sebagai komoditas usaha tani yang menguntungkan tidak berlebihan. Pada musim panen ini, rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan sekitar 75 kg. Dengan harga minimal Rp 8.000/kg, petani bisa memperoleh Rp 562.500/pohon. Bahkan, di Desa Bandungrejo, ada satu pohon yang buahnya laku Rp 900.000. Bayangkan, jika tiap petani memiliki 10-20 pohon produktif, pada panen Juli-Agustus tentu bisa mendapatkan penghasilan yang signifikan. Pada panen November-Desember, harga jeruk keprok memang agak turun. Sebab, bersamaan dengan panenan buah lain. Tetapi petani jeruk keprok masih bisa menikmati keuntungan.

 Daging buah jeruk keprok

Namun mulai tahun 1980-an, saat populasi tanaman mendekati 100.000 pohon, muncul persoalan, yaitu penyakit CVPD. Saat itu dikelompokkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus. Diduga penyakit yang menular lewat lalat itu berkembang pesat, karena penggunaan pestisida pada tanaman jeruk sayuran di daerah tersebut. Akibat penyakit itu, tanaman jeruk menjadi berkurang, bahkan nyaris punah. Penyakit akibat bakteri citrus vein phloem degeneration, disebut juga penyakit huanglongbing, yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1960-an nyaris memusnahkan plasma nutfah jeruk keprok (Citrus reticulata). Selain menyerang tanaman jeruk di Indonesia, bakteri ini menyerang tanaman jeruk di kawasan Asia, Afrika, hingga sebagian Amerika Serikat.  Hal itu dinyatakan Guru Besar Ilmu Patologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Subandiyah, Senin (11/4) di Yogyakarta. ”Berdasarkan pengamatan kami, saat ini beberapa jenis jeruk keprok, seperti jeruk keprok garut, jeruk keprok tawangmangu, dan jeruk keprok grabag sangat sulit ditemui di lapangan,” ucapnya.  Menurut Siti, Balai Penelitian Tanaman Jeruk di Malang pernah membersihkan jeruk keprok dari bakteri citrus vein phloem degeneration (CVPD). Namun, begitu jeruk ditanam, bakteri kembali menyerang. Hingga sekarang belum ditemukan teknologi yang mampu memperkuat ketahanan tanaman jeruk keprok pada bakteri CVPD.  Guru Besar Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Susamto Somowiyarjo membenarkan hancurnya plasma nutfah jeruk keprok di Indonesia. ”Jeruk keprok yang manis kini tinggal kenangan. Kalaupun ada, hanya tanaman jeruk yang hambar buahnya,” kata dia. Tahun 1960 serangan bakteri CVPD menyebar di Asia dan Afrika. Tahun 2004 bakteri ini menyerang benua Amerika, seperti Brasil. Tahun 2005 serangga pembawa bakteri CVPD juga ditemukan di Amerika Serikat, seperti di Florida, California, dan Texas. Menurut Siti, pemanasan global menjadi salah satu faktor merebaknya penyakit yang menyebabkan daun menjadi kuning dan pohon mengerdil. Bakteri CVPD yang awalnya hanya berkembang di daerah panas menyebar ke wilayah yang lebih dingin karena suhu udara di daerah dingin semakin hangat. Proses mobilisasi yang semakin mudah dan cepat turut memperparah penyebaran bakteri CVPD. Apalagi, proses penyaringan barang-barang impor ke Indonesia terlampau mudah. Begitu bakteri patogen masuk dan menyebar ke lingkungan, seumur hidup akan sulit diatasi. Inokulum atau sumber penyakit dari bakteri patogen telah menyebar ke tanah, gulma, serangga, hingga tanaman yang ada,” kata dia. Serangan bakteri CVPD pada jeruk keprok mirip merebaknya virus kuning pada cabai yang menyerang hampir seluruh daerah. Virus kuning diperkirakan berasal dari Thailand yang terbawa masuk ke Indonesia lewat proses impor. Apabila karantina barang-barang dari luar negeri tak diperketat, masuknya bakteri maupun virus dari luar akan menjadi ancaman baru, yaitu bioterorisme.


Saatnya kita lestarikan PRIMADONA Ngablak, PRIMADONA Magelang, PRIMADONA Jawa Tengah. 
Jangan biarkan Komoditas unggulan ini punah.









2 komentar:

  1. ajibbbbb...kalo punya 60 pohon j sekali jual bisa bwt naik haji...wkkkkkkk

    BalasHapus
  2. @kang widi: benullll......ehhh betullll tapi sayang keberadaan jeruk keprok hampir punah digasak virus CVPD....hiksss.

    BalasHapus